I. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemasan Kemasan memiliki pengertian umum dan khusus. Dalam pengertian umum, kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat bahan yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan dan lainlainnya yang perlu atau diwajibkan. Dengan adanya kemasan, benda tersebut bisa bertahan dan terlindungi terhadap sesuatu yang dapat merusak benda yang terdapat dalam kemasan tersebut. Jenis pengemasan produk hortikultura dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan sifat kelenturannya, yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku rigid. Kemasan fleksibel merupakan kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk dan tidak untuk melindungi dari kerusakan mekanis. Contoh kemasan fleksibel seperti karung jala, kantong plastik dan karung goni yang biasanya digunakan untuk mengemas kentang, bawang merah dan cabai. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi keadaan fisik produk. Contoh kemasan kaku seperti kemasan karton corrugated box, keranjang bambu dan peti kayu. Kemasan distribusi untuk produk hortikultura yang digunakan di Indonesia, antara lain karung goni, keranjang bambu, peti kayu dan peti karton corrugated box. Kemasan karton umumnya dibuat dari kertas dengan bahan bakunya dapat diklasifikasikan menjadi dua kemasan 1. Kemasan Kotak Karton Lipat Folding Carton Box Kemasan Kotak Karton Lipat KKL umumnya dibuat dari bahan karton dupleks dengan pengembangan dan inovasinya untuk mendapatkan mutu performa yang diminta pelanggan industri atau pemakai. Penggunaannya dapat sebagai kemasan sekunder maupun kemasan primer, disesuaikan dengan komoditas apa yang dikemas. 3 2. Kemasan Kotak Karton Gelombang Corrugated Carton Box Kemasan Kotak Karton Gelombang KKG adalah kemasan yang fungsi utamanya untuk pengangkutan, distribusi atau penyimpanan di gudang. Sesuai dari tujuan utamanya tersebut, kemasan ini sering digunakan sebagai kemasan sekunder atau primer. Penggunaan KKG sebagai kemasan untuk pengangkutan, distribusi atau penyimpanan karena ketahanan tekanan retaknya memiliki daya yang kuat. Ketahanan retak bursting strength menunjukkan mutu performa tahan sobek dalam pengangkutan dan penanganan produk terkemas. Dalam aplikasinya bahan kemasan karton memiliki keuntungan multi guna, artinya jenis kemasan ini dapat dipergunakan dari pengemasan primer sampai tersier, khususnya melalui pengembangan dan inovasi, baik bahan baku maupun proses pembuatannya. Bahan baku kertas karton bersifat higroskopis. Kelemahan tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan perlakuan khusus dari bahan kemasan tahan air atau lembab Water/Moisture Resistance dan tahan minyak atau lemak Oil/Grease prool Resistance Setyowati, et al., 2000 Kemasan distribusi yang memberikan perlindungan cukup baik, memiliki sifat-sifat seperti berikut Paine and Paine, 1983 1. Sesuai dengan produk yang dikemas 2. Memiliki kekuatan yang cukup agar terhindar dari berbagai resiko selama pengangkutan dan penyimpanan 3. Memiliki ventilasi yang cukup bagi produk tertentu yang memang membutuhkan 4. Menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen dan tempat yang dituju 5. Mudah dibuka atau dibongkar tanpa menggunakan buku petunjuk Kemasan distribusi dirancang dan dipilih terutama untuk mengatasi faktor getaran vibrasi dan kejutan shock karena faktor ini sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya kerusakan yang terjadi. Sementara pengaruh yang lain seperti RH dan suhu dapat diatasi dengan modifikasi kecil dari rancangan yang ada Maezawa, 1990. 4 Kemasan dari karton bergelombang memiliki banyak tipe pengemas. Tiga tipe yang umum digunakan yaitu RSC Regular Slotted Container, HTC Half Telescopic Container dan FTC Full Telescopic Container. Ketiga tipe tersebut disajikan pada Gambar 1. Dari ketiga tipe tersebut, tipe RSC Regular Slotted Container paling banyak digunakan untuk pengemasan buah dan sayuran segar Peleg, 1985. Gambar 1. Tipe kemasan distribusi A RSC, B HTC dan C FTC B. Karton Gelombang Kemasan karton dibuat dari karton bergelombang. Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas linier sebagai penyekat dan pelapisnya. Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Sedangkan kertas linier adalah kertas yang digunakan untuk lapisan datar, baik pada bagian luar maupun bagian dalam karton gelombang Haryadi, 1994. Karton gelombang yang digunakan untuk kemasan peti karton dibuat dari paperboard. Paperboard merupakan kertas dengan ketebalan kurang lebih mm. Paperboard dibuat dari serat selulosa alami yang terdapat pada pohon. Paperboard yang digunakan untuk karton gelombang biasanya dibuat dengan proses kraft Peleg, 1985. Kertas yang paling kuat dan paling banyak digunakan untuk kemasan adalah kertas kraft dengan warna alami. Kertas yang biasa digunakan untuk bahan kemasan dapat dilihat pada Tabel 1. 5 Tabel 1. Jenis kertas yang biasa digunakan untuk bahan kemasan Basic Pembuatan Weight range Tensile strength Material lb/1000 kg/1000 m2 ft2 lb/in width kN/m Kraft papers Dari sulphate pulp pada softwood contoh spruce 14-60 70-300 Sulphite papers Pemutihan dan terbuat dari campuran softwood dan hardwood Dari adukan kasar bubur kayu pulp 7-60 35-300 14-30 70-150 MD 10-25 CD 5-12 8-30 40-150 MD 8-30 CD 5-16 12-75 60-370 12-80 4-10 20-50 Greaseproff papers Glassine Vegetable parchment Tissue Sama dengan Greaseproff namun lebih halus supercalendered Perlakuan dari kertas tidak lengket dengan konsentrasi asam sulfur Kertas ringan dari banyak bubur kayu pulp MD 14-65 CD 7-30 Ciri-ciri dan kegunaan Sangat bervariasi Low strength Kertas kasar, pemutihan, warna alami, tahan air. Digunakan untuk tas, corrugated board, food packaging Kertasnya bersih dan terang, digunakan untuk amplop, kertas label, dan laminating Tahan terhadap minyak dan makanan berlemak Tahan terhadap minyak dan lemak, untuk sabun, pembalut, dan bahan berminyak Tidak beracun, tahan air, untuk mentega, ikan, dan daging Terang, pembungkus yang halus untuk perhiasan, bunga, dan kaus kaki. Sumber Paine, F. A. The Packaging Media 1977 6 Bahan kemasan dari karton gelombang merupakan bahan kemasan hasil industri kertas, sehingga jenis dan tipenya sudah ada standarnya. Hal ini menyebabkan pemilihan bahan kemasan lebih mudah dibandingkan dengan kayu. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh kemasan karton yaitu ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air basah. Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kemasan karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Daya tahan terhadap air basah dapat dilakukan dengan menambah lapisan lilin pada permukaan kemasan karton, baik di bagian dalam maupun di bagian luar sesuai kebutuhan Federasi Pengemasan Indonesia, 1983. Menurut Triyanto 1991, karton gelombang merupakan bahan kemasan distribusi yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk berbagai jenis produk, mulai dari buah-buahan sampai dengan peralatan elektronik atau mesin untuk industri. Hal ini disebabkan karena harganya yang relatif murah dan daya tahan yang dapat diatur sesuai dengan jenis transportasi yang digunakan. Walaupun demikian, agar dapat berfungsi dengan maksimal, pemakaian kotak karton gelombang harus memperhatikan - Penggunaan bahan baku yang baik - Pengendalian mutu yang memadai selama proses - Spesifikasi kotak yang dibuat, baik dari segi ukuran, berat dan lainlain Kelebihan kemasan karton jika dibandingkan dengan peti kayu antara lain 1 berat yang lebih ringan untuk material dengan kekuatan yang sama, 2 permukaan yang halus, 3 sifat meredam getaran yang baik 4 mudah untuk dicetak dan pemberian label, 5 mudah untuk dirakit dan ringkas dalam penyimpanan dan 6 mudah daur ulang. Sedangkan kelemahan kemasan karton adalah ventilasi kurang dan pada kondisi lembab kekuatannya berkurang. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan pemberian lubang-lubang pada dinding kemasan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga kekuatan kemasan tidak berkurang. Kekuatan bahan pada kondisi lembab ditambah dengan pemberian lapisan lilin Peleg, 1985. 7 Berdasarkan lapisan kertas flat sheet dan flute yang menyusunnya, karton gelombang diklasifikasikan menjadi single wall board flute terletak di tengah-tengah flat sheet, double wall board dua lapis single wall board yang saling berhadapan satu sama lain dan triple wall board terdiri dari 3 flute dan 4 flat sheet. Peleg 1985, membagi karton gelombang menjadi empat jenis, yaitu single face dengan single flute, double face dengan single flute, double wall dan triple wall Gambar 2. Gambar 2. Penggolongan karton gelombang a single face dengan single flute b double face dengan single flute c double wall d triple wall Menurut Lott 1977, struktur flute yang digunakan pada karton gelombang komersial terdiri atas 4 ukuran Tabel 2. Flute pada karton gelombang tipe A, B dan C banyak digunakan untuk keperluan industri, 8 misalnya untuk keperluan transportasi. Sedangkan Peleg 1985, membedakan karton gelombang seperti yang ditunjukan Tabel 3. Tabel 2. Struktur flute pada karton gelombang komersiala Flute No. of flutes per Flute height Minimum flat crush configuration metre mm Nm-2 A coarse 104-125 140 B fine 150-184 180 C medium 120-145 165 E every 275-310 485 fine a Lott 1977 Tabel 3. Tipe flute dan sifat dari karton gelombanga Type of flute Thickness range mm Edgewise compressive strength kg/cm Single-wall – – A – – B – – C Double-wall A+B A+C a – – – – Peleg 1985 Menurut Jaswin 1999, flute A memiliki sifat bantalan cushioning yang baik karena ketebalannya dapat meredam daya tekan yang terjadi pada saat kemasan ditumpuk. Flute B memiliki bantalan yang tidak terlalu tinggi, sehingga cocok untuk produk yang sebelumnya telah dikemas dalam kaleng. Namun flute B memiliki ketahanan tekan datar flat crush resistant yang paling baik. Flute C dibuat dengan karakteristik berada diantara flute A dan flute B dengan harga lebih murah, memiliki daya bantalan yang tinggi seperti flute A dan memiliki ketahanan tekan datar yang baik seperti flute B. Sedangkan flute E banyak digunakan untuk kemasan display dengan dinding luar terbuat dari white kraft sebagai karton printed. 9 C. Ventilasi Kemasan untuk produk-produk hasil pertanian hortikultura perlu di lubangi sebagai ventilasi. Adanya ventilasi ini menyebabkan sirkulasi udara yang baik dalam kemasan sehingga akan menghindarkan kerusakan komoditas akibat akumulasi CO2 pada suhu tinggi Hidayat, 1993 dalam Aspihani, 2006. Respirasi merupakan proses pembakaran zat-zat organik menjadi karbon dioksida dan terbentuknya air dengan suatu reaksi oksidasi yang melepaskan energi Pantastico, 1986. Tipe kemasan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk hortikultura. Perbedaan desain, bentuk dan ukuran dari lubang ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produk, penyimpanan dan model transportasi. Biasanya pemotongan lubang ventilasi untuk kemasan distribusi banyak dilakukan di bagian samping kemasan dan bukan di bagian atas kemasan, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapat mengurangi kekuatan kemasan yang lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan bawah kemasan peti karton Peleg, 1985. Menurut Aspihani 2006, jika semakin besar luasan ventilasi yang diberikan kepada peti karton, maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Dalam hal ini desain ventilasi harus memperhatikan letak atau posisi vertikal serta luasan ventilasi agar tercapai kekuatan kemasan yang optimal. Desain kemasan untuk komoditas hortikultura segar harus memiliki cukup lubang udara ventilasi untuk memungkinkan udara dapat bergerak keluar masuk kemasan. Ukuran, bentuk, dan posisi lubang ventilasi pada kemasan peti karton sangat bervariasi, terutama untuk kemasan distribusi buah dan sayur. Buah nanas dikemas dengan berat bersih antara 10-15 kg 2223 lb. Kemasan yang biasa digunakan adalah kemasan karton gelombang tipe FTC dengan karton pembagi di antara buah nanas, kekuatan tekan kemasan sebesar 275 lb/in2. Ventilasi dibuat di bagian atas dan bawah kemasan, dengan tambahan di bagian samping kemasan jika dibutuhkan, biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur laut Garcia, et al., 2006. 10 D. Tomat Tomat merupakan sayuran buah yang banyak dikonsumsi masyarakat. Tomat biasanya digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan sayur, dikonsumsi langsung maupun dibuat sebagai minuman Juice. Selain dikonsumsi segar, buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri, misalnya sambal, saus, jamu dan kosmetik Wiryanta, 2002. Buah tomat dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Buah tomat Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonneae berkeping dua, bangsa ordo Tubiflorae, suku famili solanaceae berbunga seperti terompet, marga genus solanum yang kini dipisahkan dengan nama Lycopersicum, jenis species Lycopersicum esculentum Mill, yang dulu disebut Solanum lycopersicum L. tomat yang enak dimakan dan banyak dijual di pasar sebagai tomat komersial. Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk terapi pengobatan karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan lycopen yang mampu mencegah kanker. Sebagai bahan makanan, kandungan gizi buah tomat tergolong lengkap. Secara rinci kandungan gizi buah tomat dapat dilihat dalam Tabel 4. 11 Tabel 4. Kandungan dan komposisi gizi buah tomat tiap 100 grama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 a Zat Gizi Energi kal Protein gr Lemak gr Karbohidrat gr Serat gr Abu Calsium mg Fosfor Zat besi mg Natrium mg Kalium mg Vitamin A Karotin Vitamin B1 Thiamin mg Vitamin B2 Riboflavin mg Niacin mg Vitamin C mg Air gr Nilai Gizi 20,00 1,00 0,30 4,20 5,00 27,00 0,50 0,06 40 94,00 Wiryanta 2002 Menurut SNI 01-3162-1992, tomat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lain dengan berat bersih maksimal 50 kg dan ditutup dengan anyaman bambu atau bahan lain, kemungkinan diikat dengan tali rotan atau bahan lain. Tomat juga dapat dikemas dengan bahan kemasan untuk produk hortikultura pada umumnya, seperti kertas, karton gelombang, kayu, plastik, serat goni. E. Studi Pustaka yang Dilakukan Paklamjeak, et. al. 1988, membuat prototype kemasan ekspor untuk varietas durian cha-nee dan durian monthong. Dengan dimensi prototype adalah 480 x 450 x 230 mm dengan area ventilasi. Berat kemasan kotor sebesar 13 kg. Tipe kemasan yang digunakan regular slotted container dengan compression strength sebesar 466 kgf dan full telescope half slotted container dengan compression strength sebesar 800 kgf. Tipe kemasan pertama cukup kuat untuk distribusi durian ke negara-negara tetangga Thailand, seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Sedangkan tipe kemasan kedua dapat digunakan untuk distribusi durian ke negara-negara yang lokasinya lebih jauh Taiwan dan Kanada. 12 Aspihani 2006, telah melakukan penelitian mengenai pengaruh tipe kemasan, bahan kemasan, dan ventilasi terhadap kekuatan kemasan peti karton Corrugated Box untuk distribusi. Pemberian lubang ventilasi pada kemasan peti karton menyebabkan penurunan compression strength, semakin besar presentase luasan ventilasi terhadap luasan karton maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Penurunan compression strength peti karton karena pemberian luasan ventilasi dapat dinyatakan dengan nilai faktor koreksi FK. Puspa 2006, telah melakukan penelitian mengenai pengaruh tipe kemasan dan penggunaan ventilasi terhadap kekuatan dan biaya kemasan peti kayu untuk distribusi hortikultura. Bahan yang digunakan adalah kayu jeunjing Paraserianthes falcataria L. Nielsen dengan dimensi dalam berukuran 430 × 350 × 260 mm. Kemasan dengan dimensi tersebut, dapat diisi buah berbentuk bulat berkapasitas 16 kg dengan diameter dan berat tertentu. Dari penelitian yang dilakukan Adhinata 2008, diperoleh pola grafik hubungan waktu terhadap suhu yang sama pada kemasan berventilasi lingkaran dan berventilasi oval, sedangkan pola grafik berventilasi campuran cenderung memiliki pola yang sama dengan kemasan tanpa ventilasi. Hasil simulasi penelitian menunjukkan pola sebaran suhu dipengaruhi oleh bentuk ventilasi. Keadaan suhu pada daerah yang searah dengan ventilasi menghasilkan sebaran suhu yang relatif sama dengan suhu lingkungan. Kusumah 2007, telah melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap perubahan mutu fisik mentimun Cucumis sativus L selama transportasi. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan. Suhu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi respirasi. Selama proses respirasi, beberapa perubahan fisik terjadi pada buah tomat seperti proses pematangan, melunaknya daging buah tomat, susut bobot akibat kehilangan air, terbentuknya aroma dan gas-gas volatil serta perubahan tekstur dan rasa buah. Respirasi terus berlanjut dan akhirnya mengalami 13 pelayuan dan diakhiri dengan proses pembusukan dan ditandai oleh hilangnya nilai gizi dan faktor mutu buah-buahan tersebut Eskin et al., 1971 dalam Sugiyono, 1999. Menurut Pantastico 1986 besarnya laju perombakan pati menjadi gula dipengaruhi oleh suhu dan enzim. Semakin tinggi suhu akan mempercepat respirasi yang menyebabkan perombakan pati menjadi gula yang lebih besar. Kenaikan gula ini merupakan petunjuk kimia telah terjadinya kemasakan. 14
- Пαш а
- Θφուገ стυςθбр
- Эկу и
- Анυфокεμу ыծеբу огитипс
- Βеፑ клаφερε
- Շ акуլо ሺοса
- Вըցሖտ եթахепрըηሱ
Jikapengemasan tidak baik maka kualitas dari daging tuna akan berubah saat sampai di Negara tujuan ekspor. Lalu box tersebut diikat menggunakan tali plastik dan diberi selotip di kedua ujungnya untuk mencegah udara masuk. Terakhir dimasukkan ke dalam mobil box dan siap di ekspor. Gambar 38. Tuna Loin di Kemas Plastik. Gambar 39. Tuna Loin
ArticlePDF Available Abstract and FiguresBuah tomat memiliki kadar air tinggi yang menyebabkan buah tomat cepat mengalami kerusakan. Tomat setelah dipanen masih melakukan proses metabolisme menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah. Selain aktivitas metabolisme kerusakan dapat juga disebabkan kontaminasi mikroba, pengaruh suhu, udara dan kadar air Santoso, 2006. Oleh karena itu perlu dijaga mutu dan kesegarannya agar tidak mudah rusak. Salah satu cara untuk megatasi kendala tersebut adalah dengan pengemasan dan pengaturan atmosfir disekeliling produk. Cara paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk dan melakukan pengemasan dengan kemasan plastik Rahmawati, 2010. Pemilihan jenis kemasan yang baik dan penyimpanan dalam udara yang terkendali dapat memperpanjang umur simpan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terhadap mutu buah tomat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekperimen. Penelitian menggunakan dua jenis kemasan plastik dan komposisi O2 = 3-6 % dan CO2 = 5-8% serta penyimpanan pada suhu ruang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kemasan plastik Wrap dan plastik Polypropilen dalam penyimpanan atmosfir termodifikasi berpengaruh terhadap laju respirasi, total padatatan terlarut, susut bobot dan vitamin C buah tomat sedangkan terhadap nilai kekerasan dan umur simpan tidak berpengaruh Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PENGARUH JENIS KEMASAN PADA PENYIMPANAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI BUAH TOMAT Ifmalinda Program Studi Teknik Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Andalas E-mail ifmalinda_1273 ABSTRAK Buah tomat memiliki kadar air tinggi yang menyebabkan buah tomat cepat mengalami kerusakan. Tomat setelah dipanen masih melakukan proses metabolisme menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah. Selain aktivitas metabolisme kerusakan dapat juga disebabkan kontaminasi mikroba, pengaruh suhu, udara dan kadar air Santoso, 2006. Oleh karena itu perlu dijaga mutu dan kesegarannya agar tidak mudah rusak. Salah satu cara untuk megatasi kendala tersebut adalah dengan pengemasan dan pengaturan atmosfir disekeliling produk. Cara paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk dan melakukan pengemasan dengan kemasan plastik Rahmawati, 2010. Pemilihan jenis kemasan yang baik dan penyimpanan dalam udara yang terkendali dapat memperpanjang umur simpan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terhadap mutu buah tomat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekperimen. Penelitian menggunakan dua jenis kemasan plastik dan komposisi O2 = 3-6 % dan CO2 = 5-8% serta penyimpanan pada suhu ruang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kemasan plastik Wrap dan plastik Polypropilen dalam penyimpanan atmosfir termodifikasi berpengaruh terhadap laju respirasi, total padatatan terlarut, susut bobot dan vitamin C buah tomat sedangkan terhadap nilai kekerasan dan umur simpan tidak berpengaruh . Kata kunci-Buah Tomat, Jenis Kemasan, Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi PENDAHULUAN Tomat Lycopersicum escuentum Mill merupakan salah satu produk hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan. Tomat baik dalam bentuk segar maupun olahan memiliki komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik. Tomat digolongkan sebagai sumber vitamin C yang sangat baik karena 100 gram tomat memenuhi 20% atau lebih dari kebutuhan vitamin C sehari Astawan, 2008. Buah tomat umumnya dikonsumsi sebagai buah segar. Tomat merupakan buah yang cepat mengalami kerusakan akibat masih berlangsungnya proses fisiologis. Hal ini juga disebabkan karena produk hortikultura ini merupakan struktur hidup yang masih mengalami perubahan kimia dan biokimiawi yang diakibatkan aktivitas metabolisme. Oleh karena itu perlu dijaga mutu dan kesegarannya agar tidak mudah rusak. Salah satu cara untuk megatasi kendala tersebut adalah dengan pengemasan dan pengaturan atmosfir disekeliling produk. Selain mengalami proses respirasi, setelah panen tomat akan mengalami pelayuan akibat adanya proses transpirasi. Untuk menghindari hal ini dapat dicegah dengan jalan menaikkan kelembaban nisbi udara, menurunkan suhu, dan mengurangi gerak udara dengan menggunakan kemasan. Berkembangnya teknologi pengemasan, sekarang sudah banyak pengemasan diperkanalkan untuk melindungi produk dan menambah daya tarik bagi konsumen dengan harga yang relatif murah dan mudah diperoleh. Sejak plastik dikenal masyarakat luas, berbagai kemasan plastik kini berhasil dibuat dalam negeri. Penggunaan bahan plastik sebagai bahan pengemas bertujuan melindungi, mengawetkan dan menampilkan produk agar menarik. Beberapa jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan dan mudah diperoleh adalah Polypropilen. Plastik Polypropilen ini merupakan pilihan bahan plastik terbaik karena plastik jenis ini memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak serta daya tembus uap yang rendah, cocok digunakan untuk pengemasan sayur dan buah. Polypropilen memiliki densitas yang rendah dan memiliki titik lunak lebih tinggi dibandingkan Polyetylen, permeabilitas sedang, tahan terhadap bahan kimia Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 2 Rochman, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi konsentrasi terhadap masa simpan dan mutu buah tomat. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2016 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat yang dipanen pada umur petik 90 hari dan dipilih yang bentuknya sempurna, sehat, tidak cacat atau luka, dan ukuran relatif seragam. Bahan lain yang digunakan adalah kemasan plastik polypropylen PP, plastik wrapping, lilin malam, Gas O2, CO2, dan N2, bahan untuk pengukuran vitamin C. Peralatan yang digunakan adalah tabung gas O2 dan CO2 kertas label, stoples kaca, selang plastik, timbangan, handle oxygen dan carbon dioksida analyzer untuk mengukur komposisi gas CO2 dan O2, mesin pendingin refrigerator, Force gauge untuk mengukur tingkat kekerasan, dan refractometer untuk mengukur total padatan terlarut, dan injektor gas. C. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan komposisi O2 = 3-6 % dan CO2 = 5-8%. Sampel dimasukan ke dalam stirofom yang dikemas dengan plastik kemasan polypropilen dan plastik wrapping kemudian dimasukan gas O2 dan CO2 sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan setiap 4 jam, untuk pengukuran laju respirasi dan pengamatan untuk susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut dan kadar vitamin C dilakukan setiap 1x 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Respirasi Buah Tomat Berdasarkan dari hasil pengamatan, laju respirasi buah tomat dalam dua jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi selama proses penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Laju Resprasi Buah Tomat dalam Dua Jenis kemasan pada Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16Laju Respirasi mg/kg/jamLama Penyimpanan HariPlastik WrapPlastik PP Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 3 Pada gambar terlihat bahwa jenis kemasan berpengaruh terhadap laju respirasi buah tomat. Laju respirasi cendrung mengalami kenaikan baik pada kemasan plastik Wrap maupun plastik Polypropilen. Pada penyimpanan dalam plastik Wrap nilai respirasi lebih rendah dibandingkan dalam kemasan plastik Polypropilen. Hal ini disebabkan oleh sifat plastik yang berbeda. Plastik Polypropilen memiliki densitas dan tingkat lunak yang tinggi dan plastik Wrap memiliki daya tembus yang lebih besar sehingga kehilangan udara juga lebih besar. Husna, 2008, menyatakan bahwa tingginya nilai respirasi dipengaruhi oleh meningkatnya suplai oksigen yang diterima produk. Dimana jika jumlah oksigen lebih dari 20% respirasi, maka hanya sedikit yang berpengaruh terhadap umur simpan dan bila konsentrasi CO2 tinggi dapat memperpanjang masa simpan produk. Terbatasnya O2 mengakibatkan perombakan klorofil tertunda, laju pembentukan asam askorbat berkurang sehingga umur simpan produk lebih lama. Selain O2 dan CO2, yang berpengaruh terhadap metabolisme dalam menghambat laju respirasi seperti dalam penelitian Basuki et al., 2010 Pada akhir penyimpanan terlihat bahwa laju respirasi buah tomat cendrung semakin menurun, hal ini disebabkan karena cadangan energi dari tomat yang disimpan telah sedikit atau dengan kata lain proses metabolisme sedang menuju fase kebusukan. Jenis kemasan pada laju respirasi tidak berpengaruh terhadap umur simpan buah tomat. B. Susut Bobot Buah Tomat Hasil pengamatan susut bobot buah tomat dalam dua jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Susut Bobot Buah tomat dalam Dua Jenis Kemasan pada Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi Nilai susut bobot pada plastik Polypropilen menunjukan nilai yang fluktuatif dibandingan dengan kemasan dengan plastik Wrap, hal ini disebabkan sifat plastik yang berbeda dan adanya kebocoran plastik selama penyimpanan. Bobot buah tomat selama proses penyimpanan mengalami penurunan dan persentase susut bobot mengalami kenaikan sebanding dengan lama penyimpanan. Susut bobot terjadi karena pada proses respirasi terjadi proses secara kimiawi antara O2 dan karbohidrat dengan menghasilkan CO2 dan H2O uap air yang dilepaskan ke udara. Nilai susut bobot pada plastik wrap mengalami penurunan selama penyimpanan, hal ini disebabkan plastik wrap daya tembus lebih besar dan memudahkan untuk masuknya udara luar sehingga menganggu komposisi O2 dan CO2nya. Qantiyah 2004, mengemukakan produk segar kehilangan air sebesar 10%. Kehilangan susut bobot disebabkan karena proses transpirasi dan repirasi pada buah. Susut 11Susut BobotLama Penyimpanan HariPlastik WrapPlastik PP Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 4 bobot juga disebabkan hilangnya air dari kemasan ke lingkungan, yang disebabkan perbedaan tekanan uap air di antara film kemasan, dan kehilangan CO2selama respirasi. Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan susut bobot tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan. Kehilangan air yang banyak akan menyebabkan pelayuan dan pengkeriputan Muchtadi, 1992. Modifikasi atmosfir akan menyebabkan proses respirasi terhambat, sehingga dapat menekan kehilangan substrat dan kehilangan air. Salah satu penyebab kehilangan bobot buah-buahan adalah proses transpirasi, penyusutan bobot buah dipengaruhi oleh hilangnya cadangan makanan karena proses respirasi Kader dan Moris, 1992. Jenis kemasan berpengaruh terhadap susut bobot buah tomat. Penyimpanan dengan bahan plastik dan sifat plastik yang digunakan juga berbeda terutama permeabilitasnya yang memungkinkan zat dapat keluar atau masuk dalam kemasan plastik ini Batu dan Thomson, 1998. C. Tingkat Kekerasan Buah Tomat Hasil pengamatan tingkat kekerasan buah tomat dalam dua jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terlihat pada Gambar 3. Jenis kemasan tidak berpengaruh terhadap tingkat kekerasan buah tomat. Kekerasan merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kematangan suatu produk pertanian terutama buah-buahan. Buah-buahan yang mengalami proses kematangan cendrung memiliki tingkat kekerasan yang lebih lunak dibandingkan sebelum proses pematangan. Gambar 3. Tingkat Kekerasan Buah tomat dalam Dua Jenis Kemasan pada Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi Tingkat kekerasan buah tomat dari hasil pengamatan terlihat bahwa selama penyimpanan dari awal simpan sampai dengan akhir penyimpanan menunjukan penurunan baik dalam plastik Wrap maupun plastik Polypropilen. Hal ini disebabkan pemecahan senyawa pectin yang menyebabkan tekstur buah menjadi lunak Kartasapoetra, 1994. Tingkat kekerasan buah berhubungan dengan sistem jaringan kulit yang diwakili oleh epidermis sebagai pelindung luar buah. Pertukaran gas, kehilangan air, kerusakan mekanis, ketahanan terhadap tekanan dan perubahan kekerasan semuanya dimulai dari permukaan buah Chaudhary, et al., 2006. Agus et al., 2007 serta Rohmana 2000 menambahkan bahwa daging buah menjadi empuk karena adanya degradasi pectin dan hemiselulosa pada buah. Selama proses pematangan dan penyimpanan buah sebagian propektin tidak larut dalam air berubah menjadi pectin yang larut dalam air sehingga menurunkan daya kohesi dinding sel yang 0246810120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17Tingkat KekerasanLama Penyimpanan Hariplastik Wrappplastik PP Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 5 mengikat sel satu dengan yang lain akibatnya kekerasan buah akan menurun dan buah menjadi lunak Afrazak, 2014. D. Total Padatan Terlarut Buah Tomat Hasil pengamatan total padatan terlarut buah tomat dalam dua jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terlihat pada Gambar 4. Jenis kemasan berpengaruh terhadap total padatan terlarut, pada plastik Wrap nilai total padatan terlarut lebih tinggi dibandingkan buah tomat berada dalam kemasan plastik Polypropileh, hal ini disebabkan oleh sifat plastiknya. Plastik Polypropilen mempunyai ketahanan untuk melindungi lebih besar dibandingkan plastik wrap yang lebih tipis. Gambar Padatan Terlarut Buah tomat dalam Dua Jenis Kemasan pada Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi Total padatan terlarut buah tomat sejak mulai hari pertama penyimpanan mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Hal ini terlihat penyimpanan dalam kemasan plastik Polypropilen mengalami bentuk grafik fluktuatif. Nilai total padatan yang bervariasi ini diduga disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang tidak seragam. Kematangan buah yang tidak seragam menyebabkan aktifitas respirasi yang abnormal sehingga proses pemecahan gula sederhana bervariasi. Perubahan kadar total padatan terlarut secara umum selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin mengalami peningkatan pada titik maksimal kemudian mengalami penurunan sampai hari terakhir penyimpanan mendekati buah mengalami kebusukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Biale dan Young 1971 yang menyatakan bahwa kecendrungan yang umum ialah mula-mula terdapat kenaikan kandungan gula yang tinggi yang kemudian disusul dengan penurunan, pada buah klimaterik keadaan seperti ini menjadi penandanya. Terdapatnya perbedaan nilai total padatan terlarut pada jenis kemasan yang berbeda disebabkan daya tembus masing-masing plastik berlainan sehingga laju respirasi yang mempengaruhi total padatan terlarut tomat itu menjadi berbeda Hasanah, 2009. Perubahan total padatan terlarut pada awal penyimpanan menunjukan peningkatan. Hal ini disebabkan kadar gula selama penyimpanan cendrung meningkat. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Hakim et al., 2012 total gula selama penyimpanan cendrung meningkat yang disebabkan asam-asam organik selama proses penyimpanan akan diubah menjadi gula. Wills et al., 1981 peningkatan total padatan terlarut terjadi pada suhu ruang disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat reaksi kimia antaralaian pemecahan karbohidrat oleh aktifitas enzim. 01234567890 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17Nilai Total Padatan Terlarut BrixLama Penyimpanan HariPlastik WrapPlastik PP Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 6 E. Vitamin C Hasil pengamatan vitamin C buah tomat dalam dua jenis kemasan pada penyimpanan atmosfir termodifikasi terlihat pada Gambar 5. Jenis kemasan berpengaruh terhadap vitamin C, hal ini disebabkan oleh sifat plastiknya. Gambar 5. Vitamin C Buah Tomat dalam Dua Jenis Kemasan pada Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi Kandungan vitamin C buah tomat sejak mulai hari pertama penyimpanan mengalami fluktuatif baik dalama kemasan platik Wrap maupun dalam kemasan platik Polypropilen hingga akhir penyimpanan. Hal ini disebabkan selama penyimpanan vitamin C mempunyai sifat yang tidak stabil, mudah teroksidasi jika terkena udara dan proses ini dapat dipercepat oleh panas, itu sebabnya pengaturan suhu dan cara penanganan tomat akan membantu pertahankan vitamin C Martin et al., 1981. Terdapatnya perbedaan kadar vitamin C pada jenis kemasan yang berbeda disebabkan daya tembus masing-masing plastik berlainan sehingga laju respirasi yang mempengaruhi kadar vitamin C tomat itu menjadi berbeda Hasanah, 2009. Jenis plastik Polypropilen merupakan pilihan yang baik karena plastik jenis ini memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak serta daya tembus uap yang rendah, dan cocok digunakan untuk pengemasan sayuran dan buah Rochman, 2007. KESIMPULAN Jenis kemasan plastik wrap dan plastik Polypropilen berpengaruh terhadap laju respirasi, total padatan terlarut, susut bobot dan vitamin c buah tomat pada penyimpanan atmosfir termodifikasi. Jenis kemasan tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan umur simpan buah tomat. DAFTAR PUSTAKA Afrazak., J. Erma, P. Dan Endang, K. 2014. Pengaruh Plastik Low Density Polyethylen LPDE, Hihg Density Polyetylene HDPE dan Polipropilen PP Terhadap Penundaan Kematangan Buah Tomat. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang, Volume XXII, No 155. 01020304050607080012345678910 11 12 13 14 15 16Vitamin CLama Penyimpanan HariPlastik WrapPlastik PP Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, Maret 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019 Ifmalinda ================================================================================ 7 Agus, P., Widdi U., dan Isyuniarto. 2007. Pengaruh Lama Waktu Ozonisasi terhadap Umur Simpan Buah Tomat Lycopersicum esculentum Mill. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan 237-239. Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Sayuran. Jakarta Dian Rakyat. h 138-43. Basuki E, Parudianto A, Wilianto U. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH Kualitas Mangga CV Madu Selama Penyimpanan Dalam Kemasan Plastik Polietilen. Jurnal Agrotecnos Vol 20. No 1, 31-40. Batu, A and AK. Thompson. 1998. Effec of Modified Atmsphere Packaging on Post Harvest Qualitics of Pink Tomatoes. Jurnal of Agriculture and Forestry hal. 22. Biale, J. B. Dan Young. 1971. The Avocado Pear. Dalam Hulme, The Biochemistry of Fruit and Their Produce. Vol 2. Academic Press. London. Chaudary, Sharma Shakya anda Gautam 2006. Effect of Plant Growth Regulators on Growth, Yield and Quality of Chilly Capsicum annum L. at Rampur. Journal of the Institute of Agriculture and Animal Sicience. Chitwan. Hasanah, U. 2009. Pemanfaatan Gel Lidah Buaya sebagai Edible Coating untuk Memperpanjang Umusr Simpan Paprika Capsicum annum varietas Sunny. [Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor 97. Hakim, A. Md. K Islam, Md. Ibrahim, Md Ara and F. Haque. 2012. Status of The Bahvioral Pattern of Biochemical Properties of Banan in The Storage Condition. International Journal of Bioscience IJB. Vol. 28 83-94. Husna, I. 2008. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Pengemasan Terhadap Kesegaran Brokoli. [Skripsi] Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Hal 67. Kader, dan L. L. Morris. 1997. Relative Tolerance of Fruits and Vegetables to Elevated CO2 dan Reduce O2 Levels. Michighan State University. Hort. Report 28 260. . California 94022. Lange Meadsical Publicatins hal 21. Kartasapoetra, Tenologi Penanganan Pasca Panen. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Martin, 1981. Hapers Review of Biochemistry Los Altos Rahmawati, Maulida. 2010. Pengemasan pada Buah sebagai Upaya Memperpanjang Umur Simpan dan Kajian Sifat Fisiknya Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi Pertanian 6 2 45-49. Rohmana. 2000. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dalam penanganan Pascapanen Pisang Canvendish Musa Canvendishhii L.. Bogor Insitutut Pertanian Bogor. Roys R, RC Annantheswaran and RB Beelman. 1995. Fresh mushroom quality asaffected by modified atmosphere packaging. J. Food. Sci. 60 2 334-340. Santoso. 2006. Teknologi Pengawetan Bahan Segar. Laboratorium Kimia Pangan Fakultas UWIGA. Malang, hal 27. Wills, Lee, Glasson and E, 1989. Postharvest and Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. Van Nostrand Reinhold. New York. Wills, Lee, Glasson and E, 1981. Postharvest and Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. South China Printing Co., Hongkong ... One of the packaging techniques that can be done for vegetables is to use plastic wrap. In a study conducted by Ifmalinda 2017, it showed that packaging using plastic wrap could further suppress the respiration rate of tomatoes by limiting the oxygen that would enter the tomatoes. Plastic wrap packaging also prevents large amounts of tomato weight loss, maintains the texture and firmness of tomatoes, and extends shelf life. ...p>Vegetables are classified as food ingredients that are easily wilted and easily damaged so that vegetables that have been harvested must be marketed and consumed immediately. At room temperature, the freshness of leaf vegetables can only last for 12 hours. For this reason, proper postharvest handling is needed to maintain quality and extend the shelf life of these commodities, including ozone technology ozonization. Ozone is able to shed pesticide and bacterial contamination as well as heavy metals attached to the surface of fruit or vegetables, making it safe for consumption for health. Vegetable cultivation by productive communities as micro-entrepreneurs has developed quite a lot. The problem that still occurs is the lack of efforts to extend the shelf life of vegetables that can increase consumer preferences for spinach. The “Mutiara Organik” Farmer Group in Sumberejo Village, Ngablak District, Magelang Regency made these efforts by cultivating vegetables and applying ozonation. The program begins with the introduction of packaging technology and continues with the presentation of permits from the Ministry of Health for ozonized organic vegetables. This program provides farmers with a set of production tools and packaging. The analysis also shows that ozone treatment provides higher efficiency, because it can reduce weight loss compared to Japanese spinach without ozone treatment. In addition, ozone treatment has the potential to increase vegetable productivity and quality. Keywords ozonization; shelf life; vegetables Agarkeamanan barang yang kamu kirimkan terjamin, kamu harus menggunakan pengemasan berlapis. Setelah membungkus barang dengan bubble wrap atau plastik shrinkMas Pur Follow Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw! Home » Informasi » Kewirausahaan » Pengemasan Pengertian, Fungsi, dan Syarat Bahan Kemasan Januari 28, 2019 1 min readPengemasan adalah sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik gesekan, benturan, getaran.Fungsi PengemasanDi samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai daya tarik untuk pembeli. Karena itu bentuk, warna, dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam pengemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti mengeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung pelepah daun jagung, daun kelapa/enau aren, daun jambu air dan daun jati. Pengemasan mempunyai tujuan utama yaitu untuk melindungi dari kerusakan, dan juga menjadi daya pikat bagi orang yang melihatnya agar tergiur Bahan KemasanDalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen terhantung pada kondisi bahan mentah, metode pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persayaratan sebagai berikut Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/penumpukan. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya perlindungan udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing, benturan,/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi, informasi, dan penampilan seperti bentuk, warna, dan keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian. Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan. Mempunyai ukuran, bentuk, dan bobot yang sesuai dengan norma atau standart yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain kemasan dalam memiliki jenis kemasan, dapat diminimalisasi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki sifat-sifat Permeabel terhadap udara oksigen dan gas lainnya. Bersifat non-toksik dan inert tidak bereaksi dan mentebabkan reaksi kimia sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas. Kedap air mampu menahan air atau kelembaban udara disekitarnya. Kuat dan tidak mudah bocor. Relatif tahan terhadap panas. Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif itulah sedikit pengertian mengenai pengemasa, beserta fungsi pengemasan, dan syarat pengemasan yang baik dan benar. Demikian artikel yang dapat saya bagikan mengenai informasi kewirausahaan dan semoga bermanfaat untuk Anda. Mas Pur Follow Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw! . 141 254 368 189 365 154 177 85 pada gambar tersebut menggunakan jenis pengemasan
![]()